Beranda | Artikel
Hikmah Allah Menguji HambaNya - Surah Al-Baqarah 214
Jumat, 26 November 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Hikmah Allah Menguji HambaNya – Surah Al-Baqarah 214 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa, 18 Rabi’ul Akhir 1443 H / 23 November 2021 M.

Kajian Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 214

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلِكُم ۖ مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ ‎

“Apakah kalian mengira untuk masuk ke dalam surga sementara belum datang kepada kalian seperti yang menimpa orang-orang sebelum kalian? Mereka ditimpa kesulitan dan kesusahan, bahkan digoncang dengan berbagai macam ujian. Sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman berkata: ‘Kapan datangnya pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala?’ Ketahuilah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS. Al-Baqarah[2]: 214)

Menghadapi ujian

Di sini Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kepada kita semuanya bahwa untuk masuk ke surga itu tidak semudah yang dibayangkan. Karena surga itu dikelilingi oleh perkara-perkara yang sulit. Allah mengatakan: “Apakah kalian mengira kalian akan masuk surga sementara belum menimpa kalian seperti yang menimpa orang-orang sebelum kalian?”

Mereka ditimpa kesusahan, kesulitan dan berbagai macam ujian. Maka dari itu ternyata untuk masuk surga kita harus menghadapi ujian dulu. Sebagaimana juga Allah berfirman dalam ayat yang lainnya:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ

“Apakah kalian mengira akan masuk surga, sementara belum tampak bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala siapa di antara kalian yang bersungguh-sungguh dan siapa yang sabar.” (QS. Ali-Imran[3]: 142)

Jalan menuju surga membutuhkan kesabaran, keimanan, kekuatan dan kesungguhan. Jalan menuju surga bukan sebatas angan-angan “Saya ingin masuk surga, saya insyaAllah masuk surga,” tidak demikian.

Setiap orang yang beriman pasti diuji. Terkadang ujian itu dengan kesulitan, kesusahan, musibah, bencana, juga malapetaka. Terkadang ujian itu diberikan dengan kesenangan. Dan pasti semua kita inginnya diuji dengan kesenangan. Tapi kita banyak yang tidak sabar dengan kesenangan. Karena dengan kesenangan justru dibuka pintu-pintu syahwat, dengan kesenangan terbuka pintu-pintu maksiat.

Banyak orang yang tidak sabar dengan kesenangan. Saat ia senang lebih banyak lalai; dilalaikan oleh HP, game dan berbagai macam hal yang melalaikan. Saat kita senang, rasa takut kita kepada Allah berkurang.

Faedah Surah Al-Baqarah 214

Di antara faidah-faidah yang bisa kita petik dari ayat ini, Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin Rahimahullah berkata:

1. Perhatian Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap umat Islam

Allah menghibur umat Islam dengan umat-umat sebelumnya. Artinya bahwa umat-umat sebelum kalian itu diberikan ujian sangat berat. Maka kalian pun (umat Islam) tidak mungkin bisa masuk surga kecuali melalui dan menghadapi ujian demi ujian tersebut.

Ketika kita melihat orang yang lebih berat ujiannya, maka kita terhibur. Tapi ketika kita melihatnya kepada orang yang lebih senang, kita justru tidak menjadi orang yang bersyukur.

Disebutkan dalam hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah melewati Khabbab bin Arats yang sedang disiksa. Khabbab berkata: “Wahai Rasulullah, kenapa engkau tidak segera berdoa kepada Allah untuk kemenangan kita?” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

قَدْ كَانَ مَنْ قَبْلَكُمْ يُؤْخَذُ الرَّجُلُ فَيُحْفَرُ لَهُ فِي الْأَرْضِ فَيُجْعَلُ فِيهَا فَيُجَاءُ بِالْمِنْشَارِ فَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ فَيُجْعَلُ نِصْفَيْنِ وَيُمْشَطُ بِأَمْشَاطِ الْحَدِيدِ مَا دُونَ لَحْمِهِ وَعَظْمِهِ فَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ وَلَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ

“Sungguh dahulu ada orang yang dikubur hidup-hidup di dalam tanah, di antara mereka ada yang digergaji sehingga kepalanya terbelah menjadi dua, dan ada yang disisir dengan sisir besi sehingga memisahkan tulang dan dagingnya. Tapi itu tidak menghalangi mereka untuk terus berpegang kepada agamanya. Akan tetapi kalian ini orang yang tergesa-gesa.” (HR. Bukhari)

Tergesa-gesa ingin cepet menang, ingin cepat melihat hasil. Padahal tidak begitu. Kita bersyukur Alhamdulillah ujian kita tidak seberat mereka. Bagaimana kalau kita dikasih oleh Allah ujian pemimpin seperti Fir’aun? Alhamdulillah pemimpin kita tidak seperti itu. Maka kewajiban kita terus sabar, untuk terus berpegang kepada agama Allah, kepada sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

2. Iman bukan sebatas berangan-angan

Menit ke-10:23 Iman bukan sebatas berangan-angan, akan tetapi iman membutuhkan niat yang benar dan kesabaran menghadapi berbagai macam ujian di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Manusia diuji dengan perintah, dimana perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala banyak tidak tidak disukai oleh hawa nafsu. Juga diuji dengan larangan, diuji dengan berbagai macam ujian seperti HP (handphone). Banyak di antara kita gagal menghadapi ujian HP. Banyak di antara kita habis waktunya untuk hal-hal yang tidak ada manfaatnya.

Setiap kita intropeksi diri. Kalau kita ternyata kalah terus dan terus menerus terjerembab dalam maksiat gara-gara HP, maka lebih baik HP itu dijual lalu membeli yang hanya bisa untuk SMS dan telepon.

Setiap kita pasti diuji.  Ketika seseorang berkata “saya mau bertaubat”, maka Allah uji, Allah ingin lihat bagaimana kejujuran dalam taubat itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

“Apakah manusia mengira akan dibiarkan berkata ‘kami beriman’ sementara ia tidak diuji oleh Allah?” (QS. Al-Ankabut[29]: 2)

Tidak mungkin orang beriman lepas dari ujian. Karena dunia ini disebut oleh para ulama sebagai darul ibtila’ (negeri ujian).

3. Hikmahnya Allah Subhanahu wa Ta’ala

Menit ke-13:51 Allah menguji kaum mukminin dengan musibah-musibah yang terkadang berat. Kenapa harus ada ujian? Yaitu supaya terlihat siapa yang jujur benar imannya dan siapa yang tidak.

Selama ini kita menuntut tentang kesabaran, tawakal, pentingnya menyandarkan hati kepada Allah. Namun suatu ketika Allah ingin uji kita. Apakah yang sudah kita pelajari ini benar atau tidak bisa kita praktekkan dalam kehidupan kita?

Makanya ujian itu fungsinya luar biasa. Yaitu menyaring keimanan, Allah ingin memilah dan memilih siapa hamba-hambaNya yang berhak mendapat derajat yang tinggi di dalam surgaNya dan siapa yang berhak masuk kedalam api neraka?

Subhanallah, kita mohon kepada Allah kekuatan. Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdoa:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ

“Wahai yang membolak-balikkan hati, tolong kuatkan hatiku diatas agamaMu.” (HR. Tirmidzi)

Siapapun di antara kita tidak ingin diuji. Tapi masalahnya suka atau tidak ujian itu harus dan pasti menimpa kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّىٰ نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنكُمْ وَالصَّابِرِينَ…

“Sungguh benar-benar Kami akan uji kalian sampai Kami mengetahui di antara kalian yang bersungguh-sungguh dan bersabar…” (QS. Muhammad[47]: 31)

Emas tidak akan diketahui palsu atau asli kecuali dengan cara dimasukkan ke api. Kalau emas palsu, maka dia hancur. Adapun emas asli, dengan dimasukkan ke api maka tambah bagus. Maka demikian pula ujian yang menimpa mukmin. Dengan adanya ujian terlihat siapa yang ternyata imannya palsu dan siapa yang imannya memang masyaAllah. Dengan adanya ujian, seorang mukmin yang jujur keimanannya terlihat keindahan imannya dengan kesabaran dan ketawakalannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Walaupun tentunya ujian itu tidak akan terus-menerus menghampiri seorang muslim.

4. Meminta pertolongan hanya kepada Allah

Menit ke-19:05 Selayaknya kita tidak minta pertolongan kecuali kepada Allah saja. Jangan minta tolong kepada selain Allah. Dan ingat bahwa ketika tidak ada manusia yang mau menolong kita, itu artinya Allah ingin Allah saja yang menolong kita.

5. Mengikuti manhaj Rasul

Menit ke-21:45 Orang-orang yang beriman kepada para Rasul, manhaj mereka itu harus sama dengan manhaj para Rasul. Bahkan mereka mengucapkan apa yang diucapkan oleh para Rasul. Yaitu Firman Allah: “Saking beratnya ujian mereka, sampai-sampai Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata: ‘Kapan pertolongan Allah akan datang?’

Berarti kaum mukminin yang memang benar-benar beriman kepada Rasul, maka dia mengikuti Rasul. Adapun kemudian kita tidak mengikuti Rasul dan lebih mengagungkan imam-imam kita diatas pendapat Rasul, lebih mengikuti pendapat-pendapat Ustadz/Kyai daripada pendapat Rasul, maka hakikatnya kita belum mengikuti Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

6. Kesempurnaan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Menit ke-23:30 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Ketahuilah pertolongan Allah itu dekat datangnya.” Dan memang biasanya begitu, pertolongan Allah itu baru datang saat kesabaran sudah mulai habis. Hal ini supaya kita merasakan betapa agung dan nikmatnya pertolongan dari dari Allah ‘Azza wa Jalla, supaya kita bersyukur atas nikmat-nikmatNya. Makanya tidak boleh kita putus asa dari rahmat Allah ‘Azza wa Jalla.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian Tentang Hikmah Allah Menguji HambaNya – Surah Al-Baqarah 214


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51098-hikmah-allah-menguji-hambanya-surah-al-baqarah-214/